https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/issue/feed JURNAL MERCATORIA 2023-12-29T09:53:19+07:00 Windy Sri Wahyuni [email protected] Open Journal Systems <div class="row px-3"> <div class="col headingback p-0 my-3"> <p>line</p> <h2 class="section_title headings pl-0">Jurnal Mercatoria</h2> </div> </div> <p style="font-family: Cambria; font-size: 17; text-align: justify;">Mercatoria is a Journal of Law for information and communication resources for academics, and observers of Business Law, International law, Criminal law, and Civil law. The published paper is the result of research, reflection, and criticism with respect to the themes of Business Law, International law, Criminal law, and Civil law. All papers are peer-reviewed by at least two referees. Published twice a year (June and December) and first published for the print edition in June 2008. <strong>Accredited SINTA 3</strong>.</p> <p> </p> https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/8835 The Urgency of Good Faith Principle Implementation in Indonesian Bankruptcy Regime 2023-01-10T13:10:18+07:00 Robert Robert [email protected] Ningrum Natasya Sirait [email protected] <p style="font-weight: 400;"><em>This article aims to argues the urgency of good faith principle implementation in the Indonesian bankruptcy regime. The problem is focused on describing several flaws in the Indonesian bankruptcy law related to the good faith principle, several example bankruptcy abuse cases in Indonesia. Furthermore, this study also aims to propose notions to minimalize Indonesian bankruptcy regime abuse in the future. In order to approach this problem, the normative legal research method is used. The data is collected through library research and analyzed qualitatively. The study concludes that several flaws in Indonesian bankruptcy law related to the good faith principle, such as excessively modest bankruptcy petition requirements, lack of governmental supervision in the bankruptcy process, and severe punishment for the bankruptcy fraudsters. In the future, the Indonesian bankruptcy regime is expected to implement an insolvency test, improve the role of the Property and Heritage Agency, and strictly punish bankruptcy fraudsters for minimalizing bankruptcy abuse by bad faith parties.</em></p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/8042 Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Transaksi E-commerce sebagai Tantangan Bisnis di Era Global 2022-09-10T11:48:16+07:00 Dewi Sulistianingsih [email protected] Melliniarini Dibura Utami [email protected] Yuli Prasetyo Adhi [email protected] <p>Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hak-hak konsumen dalam transaksi <em>e-commerce</em>, dan analisis hukum terkait penyelesaian sengketa dalam transaksi melalui <em>e-commerce</em>. Masalah difokuskan analisis pada hak-hak konsumen dan penyelesaian sengketa di luar pengadilan dalam sengketa perdagangan <em>e-commerce.</em> Untuk menganalisis permasalahan yang ada maka digunakan metode yuridis normatif yang mendasarkan pada norma-norma positif. Data-data dikumpulkan melalui studi kepustakaan dan dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa <em>electronic commerce</em> atau yang disebut dengan <em>e-commerce</em> merupakan pasar tanpa batas yang dapat melampaui semua batas, seperti perbedaan waktu, perbedaan bahasa, perbedaan mata uang dan perbedaan peraturan. Masyarakat umumnya melakukan <em>e-commerce</em> karena banyaknya kemudahan yang ada di dalamnya, banyaknya pengguna juga semakin bervariasi. Negara telah mengatur mengenai perlindungan dalam transaksi <em>e-commerce</em> yaitu melalui Undang-undang Perlindungan Konsumen. Transaksi <em>E-Commerce</em> tanpa batas yang melampaui perbedaan regional jika terjadi dapat diselesaikan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk seperti negosiasi, mediasi, konsiliasi, konsultasi, <em>expert judgement</em>, dan arbitrase. Praktik penyelesaian sengketa pada <em>e-commerce</em> dengan Alternatif penyelesaian sengketa menjadi pilihan tepat bagi para pelaku usaha dan konsumen yang membutuhkan penyelesaian yang cepat, murah, dan bersifat rahasia. Penyelesaian sengketa menggunakan alternatif penyelesaian sengketa memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak yang bersengketa dengan didasari itikad baik kedua belah pihak.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/8226 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4/2019: Bukti Arogansi Institusi Penegak Hukum 2022-10-19T23:34:24+07:00 M Hadyan Yunhas Purba [email protected] Ningrum Natasya Sirait [email protected] Mahmul Siregar [email protected] Dedi Harianto [email protected] <p>Artikel ini bertujuan untuk mengkaji legalitas peraturan yang dibuat oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Peraturan yang dikaji dalam artikel ini adalah Peraturan KPPU Nomor 4 Tahun 2019 tentang Tata Cara Pengawasan dan Penanganan Perkara Kemitraan (Peraturan KPPU No. 4/2019). Metode penelitian yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini. Hal tersebut dilakukan dengan menginventarisasi berbagai peraturan, jurnal, putusan mahkamah konstitusi, ensiklopedi, dan literatur lainnya untuk dianalisis secara kualitatif. Hasil yang diperoleh, diketahui bahwa peraturan perundang-undangan di Indonesia tidak ada yang memberikan legitimasi kepada KPPU sebagai pembentuk hukum. Oleh karena itu, tindakan KPPU membentuk peraturan yang substansi normanya menganulir hak-hak subjek hukum dengan menentukan bahwa putusan KPPU bersifat final dan tidak dapat diajukan upaya hukum apapun adalah tindakan yang melebihi kewenangannya (<em>exceed the authority</em>) dan menunjukkan sikap arogansi KPPU sebagai institusi penegak hukum. Sebab, hal tersebut bertentangan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang secara hirarki lebih tinggi dan juga berbagai asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik. Hal ini tentunya memberikan konsekuensi bahwa peraturan KPPU tersebut dapat diajukan uji materi (<em>judicial review</em>) untuk dapat dibatalkan sehingga tidak memiliki kekuatan mengikat.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/10499 Kebijakan Diversi dalam Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian yang Dilakukan oleh Anak untuk Kepentingan Terbaik bagi Anak 2023-10-01T10:13:51+07:00 Egha Maulani [email protected] Sunardi Sunardi [email protected] M. Muhibbin [email protected] <p>Artikel ini bertujuan untuk menganalisis diversi dalam penyelesaian tindak pidana pencurian menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012, serta untuk menganalisis urgensi pegaturan diversi dalam penyelesaian tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dalam rangka untuk kepentingan terbaik bagi anak. Penelitian ini merupakan jenis penelitian yuridis normatif, dengan pendekatan Perundang-Undangan, dan Konseptual. Hasil penelitan menunjukan bahwa Diversi sebagai sebuah konsep dalam Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian Menurut Pasal 7 ayat 2 UU SPPA dapat menggunakan konsep diversi sebagai bentuk penyelesaian diluar peradilan pidana yang sebagaimana unsur pasal yang dilanggar adalah Pasal 362 KUHP dan Pasal 364 KUHP, dikarenakan ancaman pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun. Sedangkan urgensi pegaturan diversi dalam penyelesaian tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dalam rangka untuk kepentingan terbaik bagi anak dapat mewujudkan keadilan restoratif pada tahap penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan pada persidangan pengadilan telah memegang peranan yang cukup sentral dalam penyelesaian perkara pidana anak. Kesimpulan dalam penelitian bahwa diversi dapat diterapkan dalam tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh anak dengan memperhatikan syarat diversi dalam UU SPPA, Serta urgensi terhadap penagturan diversi dalam tindak pidana pencurian pada tingkat penyidikan, penuntutan dan persidangan, memegang peranan yang cukup penting bagi kepentingan terbaik bagi anak.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/10071 Implikasi Hukum Hybrid Contract dalam Akad Al-ijarah Wa Ar-rahn pada Pegadaian Syariah di Kota Yogyakarta 2023-07-12T13:11:44+07:00 Bagya Agung Prabowo [email protected] Utary Maharany Barus [email protected] Hilbertus Sumplisius M. Wau [email protected] <p>Praktek gadai syari’ah (<em>Rahn</em>) sebagai produk pembiayaan yang diunggulkan dalam pegadaian syariah dengan prinsip syariah, berbeda dengan pembiayaan <em>Ijarah</em> (penitipan barang). Namun realitanya kedudukan akad <em>Ijarah </em>dalam gadai syariah pada pegadaian syariah di Kota Yogyakarta juga menggunakan akad <em>Ijarah </em>sebagai akad tambahan dalam pelaksanaan gadai syariah selain akad <em>Rahn (Hybrid Contract). </em>Masalah yang dikaji dalam penelitian ini mengenai implementasi <em>Hybrid Contract</em> dalam akad <em>Al-Ijarah wa ar-Rahn</em> pada Pegadaian Syariah, dan implikasi hukum terhadap <em>Hybrid Contract</em> dalam akad <em>Al-Ijarah wa ar-Rahn</em> pada praktik pegadaian syari’ah di Kota Yogyakarta. Kajian ini menggunakan penelitian yuridis normatif yang dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa akad yang benar seharusnya digunakan dalam praktik pegadaian syariah adalah akad <em>Rahn</em> saja sebab penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai. Keadaan yang demikian dapat menimbulkan perbedaan konstruksi hukum yang berimplikasi berbedanya hubungan hukum antar pihak. Kedudukan akad <em>Ijarah</em> dalam gadai syariah pada pegadaian syariah secara praktik harus dipisahkan dengan akad <em>Rahn</em>, karena akad <em>Ijarah</em> dengan akad <em>Rahn</em> adalah dua akad yang berbeda, menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/10642 Pengaturan Pelaku Tindak Pidana Penipuan Menggunakan Identitas Dokter (Studi Putusan Nomor 192/PID/2023/PT BJM) 2023-11-01T11:14:05+07:00 Tigor Ahmad Thabrani Simanjuntak [email protected] Zaid Alfauza Marpaung [email protected] <p>Artikel ini bertujuan untuk membahas ketentuan pidana terhadap penipuan dengan menggunakan identitas palsu khususnya identitas dokter yang ditinjau menurut peraturan perundang-undangan dan teori hukum di Indonesia dengan mengkaji Putusan Nomor 192/PID/2023/PT BJM sebagai kasus yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Masalah difokuskan pada bagaimana pengaturan mengenai tindak pidana penipuan menggunakan identitas dokter dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia dan bagaimana pertimbangan hukum majelis hakim terhadap penipuan menggunakan identitas dokter dalam Putusan Nomor 192/PID/2023/PT BJM. Guna mendekati masalah ini dipergunakan metode yuridis normatif dengan metode pendekatan deskriptif analitis dengan menggunakan data sekunder yaitu peraturan dan studi kasus sebagai data utama serta dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa pengaturan mengenai tindak pidana penipuan menggunakan identitas dokter diatur secara khusus dalam beberapa aturan perundang-undangan di Indonesia seperti Undang-undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi yang kesemuanya mengatur lebih berat dari yang diatur dalam KUHP. Kemudian Putusan Nomor 192/PID/2023/PT BJM hakim menjatuhkan Pasal 378 KUHP sesuai dengan tuntutan jaksa dan lebih berfokus kepada penggunaan nama palsu secara umum tidak mengkhususkan kepada identitas dokter. Atas dasar itu hakim menguatkan putusan pengadilan tingkat pertama dengan menjatuhkan pidana penjara paling lama 4 tahun lebih ringan dari penipuan dengan menitikberatkan pada identitas dokternya.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/10498 Perlindungan Hukum Kreator TikTok atas Penggunaan Konten sebagai Merek (Brand) untuk Kepentingan Komersial 2023-10-01T09:31:55+07:00 Firda Ummi Kulsum [email protected] Abdul Rokhim [email protected] Rahmatul Hidayati [email protected] <p>Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk menganalisis serta mengkaji bagaimana bentuk perlindungan hukum kreator TikTok atas konten yang digunakan sebagai Merek <em>(Brand) </em>untuk kepentingan komersial baik secara preventif (pencegahan) dan represif (penyelesaian sengketa) serta akibat hukum yang akan timbul ditinjau dari peraturan yang berlaku seperti Undang-undang Hak Cipta, Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik serta aturan berlaku lainnya. Metode dalam penelitian ini menggunakan Yuridis Normatif dengan melakukan studi kepustakaan dan disusun secara deskriptif analisis berdasarkan sumber peraturan perundang-undangan, buku-buku, penelitian terdahulu serta publikasi resmi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penulis menyimpulkan dalam penelitian ini bahwa perlindungan yang di maksud berupa preventif dan represif selain telah diatur dalam undang-undang yang bersangkutan juga telah didukung oleh setiap <em>platform digital</em> termasuk TikTok dalam wujud pusat bantuan yang dapat diakses dengan mudah. Sedangkan timbulnya akibat hukum atas penggunaan konten TikTok sebagai merek <em>(brand)</em> untuk kepentingan komersial telah dicontohkan dalam kasus serupa atas Putusa Nomor 10/HKI/HAK.CIPTA/2014/PN.Niaga.SBY mengenai penggunaan karya cipta sebagai promosi perusahaan tanpa ijin dan merupakan suatu pelanggaran hak cipta.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/9695 Prinsip Due Process of Law dalam Ketentuan Pasal 29 Undang–undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi 2023-06-05T14:27:58+07:00 Faisal Matogu [email protected] Elis Rusmiati [email protected] <p>Penelitian ini bertujuan menganalisis implikasi jangka waktu pemeriksaan tindak pidana korupsi di tahap pemeriksaan di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi sebagaimana terdapat dalam ketentuan pasal 29 Undang–undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Adapun substansi ketentuan tersebut mengatur mengenai jangka waktu pemeriksaan tindak pidana korupsi. Fokus penelitian ini adalah pada penerapan pemeriksaan yang dilakukan majelis hakim di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, untuk mengkaji pelaksanaan yang telah sesuai dengan jangka waktu pemeriksaan yang telah ditetapkan oleh Undang–undang atau dalam pelaksanaannya masih terjadi ketidaksesuaian pelaksanaan acara pemeriksaan khususnya terkait batas aturan jangka waktu pemeriksaan sebagaimana diatur dalam undang–undang. Guna mendekati masalah ini, dilakukan penelitian hukum normatif dan dianalisis secara kualitatif. Kajian ini menyimpulkan bahwa substansi pasal 29 Undang–undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi sejatinya mengedepankan asas kepastian hukum terhadap proses pemeriksaan perkara tindak pidana korupsi, namun dalam penerapannya ketentuan ini berpotensi ke arah <em>crime control model</em>, sehingga diperlukan suatu rumusan yang tepat agar prinsip kepastian hukum dapat berjalan beriringan dengan prinsip <em>due process of law </em>dalam hukum acara pidana di Indonesia.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/9534 Keamanan Nasional dalam Menghadapi Perubahan Cyber Warfare 2023-05-16T22:14:48+07:00 Elfirda Putri [email protected] Gede Aditya Pratama [email protected] Beby Suryani Fithri [email protected] <p>Artikel ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang <em>cyber warfare</em> dan tantangannya kedepan, strategi <em>cyber security</em> di Indonesia serta penguatan <em>cyber security</em> di Indonesia dalam rangka mewujudkan keamanan nasional. Masalah difokuskan pada bagaimana menjaga keamanan nasional dari ancaman serangan <em>cyber</em> yang mungkin terjadi dan kemungkinan taktik pertahanan. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan deskriptif analitis dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi pustaka dari penelitian sebelumnya dan data sekunder. Kajian ini menyimpulkan bahwa peretas memanfaatkan keresahan masyarakat sebagai celah untuk meluncurkan serangan, mulai dari <em>phishing</em> hingga <em>ransomware</em>, kasus kebocoran data 91 juta pengguna situs belanja <em>online</em>. Kesimpulannya adalah Indonesia dalam keadaan darurat <em>cyber warfare</em>. Strategi yang harus dilakukan adalah Pembentukan undang-undang khusus tentang tindak pidana siber, Peningkatan sumber daya manusia, dan kerjasama <em>stakeholder</em> di dalam negeri dan kerjasama internasional bidang <em>cyber security</em> untuk mewujudkan keamanan nasional.</p> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA https://ojs.uma.ac.id/index.php/mercatoria/article/view/10115 Unraveling the Willow Project's Impact on Human Rights: An Inquiry into International Legal Perspectives? 2023-07-19T18:36:58+07:00 Yordan Gunawan [email protected] Bagaskara Yonar Farhansyah [email protected] Reksa Fikri Nurhaifa [email protected] <div> <p class="KataKunciIndonesia"><span lang="EN-GB">This article aims to examine human rights violations resulting from the U.S.-led agenda as a national strategic project, specifically the Willow Project. This project is a consequence of Saudi Arabia's participation in multilateral cooperation among developing countries, with Saudi Arabia being the largest oil trading partner and the United States serving as the oil supplier. The focus of the issue centers on the Willow Project, a U.S. drilling initiative conducted in the State of Alaska, with global environmental impacts that infringe upon human rights. The research employs a normative-empirical method, prioritizing international law, encompassing concepts, principles, and doctrines as legal sources to address the legal issues related to human rights violations. The Willow Project influences the United States' policy direction, fulfilling the country's energy needs through oil drilling, thereby affecting global climate change and posing risks to the international community. The substantial carbon emissions generated can contribute to rising Earth temperatures, potentially leading to the emergence of new diseases due to extreme weather conditions.</span></p> </div> 2023-12-28T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2023 JURNAL MERCATORIA