Kebahagiaan yang Dialami Salik
Authors
Raras Sutatminingsih , Siti FatimahDOI:
10.31289/analitika.v12i2.3876Published:
2020-12-30Issue:
Vol. 12 No. 2 (2020): ANALITIKA DESEMBERKeywords:
Subjective Well-Being, Salik, SulukArticles
Downloads
How to Cite
Abstract
Penelitian ini bertujuan menggambarkan kebahagiaan, dalam hal ini Subjective Well-Being (SWB), yang dialami salik. Salik adalah seseorang yang sedang menjalankan proses latihan mengosongkan diri dari segala keburukan dan mengisinya dengan kebaikan, dan menjadikan kedekatan dengan Allah sebagai tujuan akhirnya. SWB adalah perasaan yang tercipta dari evaluasi seseorang baik secara kognitif maupun afektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan responden 3 orang salik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perjalanan suluk dapat mengantarkan pelakunya kepada kebahagiaan sejati. Gambaran SWB secara kognitif para salik adalah merasa bahagia yang didapat saat para salik bisa melepaskan diri dari ikatan dunia, ketika secara sadar bisa dekat dengan Allah, dan telah melaksanakan tugas-tugas sebagai kholifah di bumi. Gambaran SWB secara afektif para salik adalah mereka merasakan cinta atau dicintai oleh Allah, lebih sering merasakan kebahagiaan daripada kesedihan, bersyukur dengan apa yang dimiliki dan tidak terganggu dengan masalah yang ada.
References
Biswas-Diener, R. (2008). Material Wealth and Subjective Well-Being. The Science of Subjective Well-Being, (October), 307.
Diansari, D. (2016). Subjectivewell-being mantan pemulung yang mendapatkan beasiswa magister. Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(2), 175–186.
Diener, E., & Emmons, R. A. (1984). The independence of positive and negative affect. Journal of Personality and Social Psychology, 47(5), 1105–1117. https://doi.org/10.1037/0022-3514.47.5.1105
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being: The science of happiness and life satisfaction. In Handbook of positive psychology (pp. 63–73).
Diener, E., Napa Scollon, C., & Lucas, R. E. (2003). The evolving concept of subjective well-being: the multifaceted nature of happiness. Advances in Cell Aging and Gerontology, Vol. 15, pp. 187–219. https://doi.org/10.1016/S1566-3124(03)15007-9
Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999). Subjective well-being: Three decades of progress. Psychological Bulletin, Vol. 125, pp. 276–302. https://doi.org/10.1037/0033-2909.125.2.276
Mayasari, R. (2014). Religiusitas Islam dan kebahagiaan (Sebuah telaah dengan perspektif psikologi). Al-Munzir, 7(2), 81–100.
Nggadas, N. . (2013). Korelasi antara religiusitas dengan kebahagiaan subjektif: Suatu Studi di Jemaat Gmim Zebaoth Wanea Manado. Universitas Kristen Satya Wacana.
Nisfiannoor, M., & Kartika, Y. (2004). Hubungan antara regulasi emosi dan penerimaan kelompok teman sebaya pada remaja. Jurnal Psikologi, 2(2), 160–178.
Nur, D. (2004). Tasawuf dan tarekat Naqsabandiyyah pimpinan Prof. Dr. H. Saidi Syekh Khadirun Yahya. Medan: USU Press.
Poerwandari, E. K. (2007). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPS3) Fakultas Psikologi Univeritas Indonesia.
Putra, M. . (2016). Konsepsi happiness bagi salik di Bondowoso. Malang.
Saliyo, S. K. (2015). Intensitas Zikir, Religiusitas, Makna Hidup Dengan Subjective Well Being Santri Spiritual Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah. Universitas Gadjah Mada.
Seligman, M. E. . (2005). Authentic happiness: Using the new positive psychology torealize your potential for lasting fulfillment. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Siregar, H. A. R. (2000). Tasawuf: dari sufisme klasik ke neo-sufisme. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sutatminingsih, R. (2016). Hubungkait amalan suluk, kewarakan, kecekapan mengurus enam tenaga asas dengan kesejahteraan psikologi dalam kalangan para salik tarekat naqsyabandiyah dan bukan salik. Universiti Sains Malaysia.
Sutatminingsih, R. (2018). Using Islamic Meditation Tradition “Suluk†Model for Mental Health. International Journal Of Medical Science And Clinical Invention, 5(2), 3513–3518. https://doi.org/10.18535/ijmsci/v5i2.04
Tiliouine, H., Cummins, R., & Davern, M. (2009). Islamic religiosity, subjective well-being, and health. Mental Health, Religion and Culture, 12(1), 55–74. https://doi.org/10.1080/13674670802118099
Zahri, M. (1997). Kunci memahami ilmu tasawuf. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Author Biographies
Raras Sutatminingsih, Universitas Sumatera Utara
Siti Fatimah, Universitas Sumatera Utara
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgement of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgement of its initial publication in this journal.Penulis.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (Refer to The Effect of Open Access).